Jumat, 29 Juli 2011

Salah Satu Kasus Psikologi Pertama oleh Pierre Janet

Bagi yang ingin menyimak ringkasan terjemahan dari salah satu pelopor psikoterapi moderen, ini adalah terjemahan gratisannya. Saya tidak tahu jika buku kompilasi kasusu psikologi berjudul The Great Cases in Psychotherapy sudah ada terjemahannya, tapi ini adalah terjemahan kami anak-anak UMM (exactly...me) untuk tugas Model-Model Konseling. Semoga bermanfaat! Enjoy!

Terjemahan Pierre Janet


Sekilas tentang Pierre Janet :

Pierre Janet adalah seorang psikoterapis yang menjadi 'penghubung' antara para pelopor ilmu psikiatri seperti Charcot, Liebeault, Bernheim, Forel, dan Paul Dubois dan para pendiri psikodinamika Modern seperti Freud, Adler dan Jung. Laporan dramatisnya tentang perawatan terhadap Achille adalah laporan yang dapat membedakan secara jelas antara pemikiran masa lalu dengan psikoterapi masa kini.


Sebuah Kasus Kerasukan (Setan) dan Pengusiran Setan Moderen (1898)

Oleh Pierre Janet

Pikiran adalah subyek dari penyakit, sama seperti tubuh. Penyakit-penyakit pikiran memperbolehkan kita untuk memelihara fenomena psikologis tertentu yang sangat menarik jika dilihat dari beberapa sudut pandang. Penyakit-penyakit tersebut menunjukkan bukti-bukti yang mendasar dan dalam dari kejadian yang normal.

Ini adalah sebuah kasus yang memegang peran penting dalam sejarah, sebuah kasus 'kerasukan setan'. Kegilaan akibat kerasukan ini sering terjadi sebelumnya dan tampak dengan beberapa bentuk, yang saat ini diklasifikasikan ke dalam beberapa penyakit mental. Kasus ini juga sering menimpa sejumlah besar orang dalam area yang sama. Sebagai contohnya adalah kasus kerasukan anggota Gereja Kontrop pada tahun 1550, kasus kerasukan para Ursulin dari Loudun dan pastor Urbain Grandier, yang memaksa para korban untuk menjerit-jerit, menangis dan bahkan pingsan.

Para ahli yang mendiskusikan masalah ini kini telah yakin bahwa kasus-kasus kerasukan ini adalah penyakit mental sederhana dan perdukunan (pengusiran setan) memiliki peran yang sama dengan sugesti dalam proses hipnotis.

Kasus ini adalah tentang seorang lelaki berusia 33 tahun, yang empat tahun yang lalu dibawa dari La Salpetriere ke klinik milik Charcot. Saya dapat memeriksanya dan dengan senang hati saya sampaikan bahwa saya dapat menyembuhkannya dalam beberapa bulan.

Pengobatan ini kemudian dilanjutkan tiga tahun setelahnya dan saya dapat mempelajari setiap perkembangan penyakit mental tersebut, yang mungkin dapat disebut sebagai pengusiran setan moderen. Saya telah memberikannya sebuah nama samaran dan mengubah tempat-tempat yang berhubungan dengannya dengan nama lain.

Achille, begitulah kita menyebutnya, adalah seorang petani sederhana dari daerah Prancis tengah. Ia hidup di lingkungan yang sederhana dan dikelilingi masyarakat yang tak berpendidikan. Ini juga membenarkan komentar Esquirol bahwa kegilaan karena kerasukan hanya terjadi di masyarakat kalangan kelas rendah. Orang tua Achille dan penghuni desa sangat percaya tahayul, bahkan keluarganya terkenal mempunyai legenda-legenda tak biasa. Ayah Achille pernah dituduh melakukan pesugihan di bawah sebuah batang pohon. Ia sering meminta uang pada Setan setiap Sabtu di bawah pohon itu. Ayah Achile hanya tertawa ketika dituduh dengan tuduhan itu, tetapi terlihat memiliki ketakutan terhadap tahayul yang sangat mendalam. Kakek Achille bukanlah orang yang sepenuhnya waras. Pada saat-saat yang berbeda, dia pergi tanpa motif yang jelas dan tak ada seorang pun yang dapat menjelaskan hal ini secara lengkap.

Ibu Achille adalah seorang wanita yang sehat jasmaninya, tetapi inteligensinya rendah. Ia juga sering mabuk dan teribat alkoholisme. Tanpa ragu saya menyebut alkoholisme sebagai faktor predisposisi dari anak-anak mereka untuk memiliki penyakit mental.

Achille dilahirkan sebagai bayi yang normal, dia menunjukkan dirinya sebagai anak yang rajin belajar dan menerapkan pelajarannya di kehidupan nyata dengan baik. Dai memang hanya memilki inteligensi rata-rata tetapi ia memiliki ingatan yang cukup baik. Ia serius dan tidak memiliki kepercayaan terhadap tahayul seperti lingkungan sekitarnya. Ia juga bukan orang yang relijius. Namun ketika masih sekolah ia juga sering diolok-olok dan dijahili oleh kawan-kawannya. Karenanya, ia hidup menyendiri dan sering mengalami kesulitan di sekolah. Tentunya hal ini juga sangat berpengaruh dalam perkembangan kepribadiannya.

Achille meninggalkan sekolahnya dalam umur yang cukup dan bekerja dalam sebuah bisnis yang kelihatannya dia lakukan dengan cukup baik. Dia menikah pada usia 22 tahun, dengan seorang perempuan yang setia dan penyayang, yang juga berusaha meluruskan khayalan-khayalan Achille dan membuatnya bahagia. Dia kemudian memiliki seorang putri, yang membuat Achille hidup dalam kebiasaan normal selama hampir sepuluh tahun. Achille berusia 33 tahun ketika mengalami beberapa peristiwa yang membuatnya dirawat di La Salpetriere.

Pada musim dingin 1890, Achille harus melakukan perjalanan bisnis dan ia pulang beberapa minggu setelahnya. Setelah beberapa hari, tiba-tiba dia tak dapat berkomunikasi dengan istrinya. Bukan karena dia tidak mau berbicara, tetapi karena dia tidak bisa berbicara. Dia mencoba mengeluarkan suara, tetapi gagal. Dan dia telah menjadi bisu. Dokter yang dipanggil menggoyang kepala Achille dan menenukan kasus yang sangat serius dan mendengar detak jantung Achille, memeriksa urinnya, dan menyimpulkan bahwa ada kelemahan umum, sebuah maladjustment, atau mungkin diabetes, dst, dst. Dia tidak memiliki kekuatan lagi, dan mengeluh tentang gejala-gejala penyakit tersebut. Kemudian dia pergi ke dokter lain yang memeriksa jantungnya dia tidak merasa sakit di lengan sebelah kiri dan jari-jari tangannya. Tetapi hasilnya sama saja.

Achille tetap tiduran di ranjang dan terlihat sangat sedih. Dia tidak lagi pergi bekerja dan dia sepertinya tidak mengerti apapun yang ia baca. Dia selalu tertidur, dalam tidurnya dia menggumam kata-kata yang tidak bisa dimengerti. Namun kedua matanya selalu mengeluarkan air mata.

Tiba-tiba di suatu pagi, setelah dua hari seperti mati. Dia tiba-tiba berdiri membuka mata dan mulai tertawa menakutkan. Dia mengatakan, “ Jangan lakukan apapun, karena semuanya tak berguna, ayo minum sampanye karena dunia akan kiamat, “ Lalu ia menangis “ Aku sedang terbakar, seseorang memotongku hingga berkeping-keping, “. Lalu dia tertidur lama karena kelelahan. Hari selajutnya dia juga mengatakan hal yang sama bahkan sampai mendiskripsikan tentang bentuk setan tersebut. Achille menghina Tuhan dan para santo dan menghina hal – hal yang berhubungan dengan agama. Suatu ketika ia tidak diawasi dia pergi dari rumah dan tiba – tiba menemukan dirinya di hutan. Dia juga sering pergi ke makam – makam, dia juga mencoba minum racun lain, dia mengikat kaki dengan tali bersama- sama dengan ketat dan menyuburkan dirinya ke dalam air tapi dia tidak tenggelam. Dia berkata”sekarang kau bisa lihat kalau aku dirasuki setan dan aku tidak bisa mati, aku bahkan bisa membuktikan dengan agama. Dia bilang”ya memang setan ada dalam diriku”. Setelah kejadian itu dia dimasukkan ke RSJ La Salpetriere. Lalu matanya tiba – tiba mengecil seperti menampang, dia mengatakan hal – hal yang radikal dengan suara parau. Dia mengucapkan”terkutuklah Tuhan, trimitas, dan perawan suci. Kemudian dia bicara”ini bukan aku”. Dia menutup mulutnya supaya tidak mengatakan apa- apa. Bahkan ketika ada yang menusukkan jarum kepadanya dia tidak merasakan apapun. Ketika dicubit dia tidak merasakan apapun. Dia sering memukul dan mencakar dirinya sendiri namun tidak merasa sakit. Ketika saya berusaha menenangkan orang ini usaha saya tidak diterima, lalu saya mencoba untuk menghipnotisnya tetapi semuanya tidak berguna. Dia hanya menjawab dengan hinaan dan si setan berbicara melalui suaranya mencela kegagalan saya lalu saya mengamati Achille yang sering membuat banyak pergerakan tanpa sadar akan hal itu. Dan dia juga sering melihat halusinasi dan terkena delirium. Suatu ketika saya memberikannya sebuah kertas dan pensil Achille lalu menulis tanpa tahu dia sedang menulis. Pergerakan ini adalah pergerakan otomatis, kemudian saya memutuskan untuk membiarkannya berada dalam delirium dan exclamasi. Kemudian tiba – tiba ia menulis sangat cepat tulisannya”aku tidak mau”. Rupanya itu adalah jawaban dari perintah saya lalu saya bertanya “kenapa kamu tidak mau?”, dia menjawab dengan tulisan “karena aku lebih kuat dari kau” - “

siapa kau?”(konselor).

Saya adalah setan (Achille).

Setan : Baiklah sekarang kita bisa bicara.

Konselor : Saya tidak percaya dengan kekuatanmu dan aku tidak percaya kecuali kau memberikan aku bukti.

Setan : apa?

Konselor : angkat tangan kiri orang ini tanpa ia tahu hal itu!

Achille : Setannya sedang bersenang – senang denganku.

Catatan konselor : Dengan cara ini saya bisa membuat setan melakukan banyak hal. Dia selalu menurut, membuat Achille menari, mencium kertas dan seterusnya.

Hal ini sering terjadi pada pengusiran setan pada zaman dahulu, hanya saja pengusiran setan zaman dahulu menggunakan bahasa Latin atau Yunani. Si setan tidak tahu perangkap apa yang sudah saya siapkan untuknya. Saya lalu menghipnotis Achille dan menyuruhnya untuk mengatakan segala penderitaannya. Setelah dia bangun bahkan tidak menyadarinya. Achille berada dalam keadaan Somnambulisme(berjalan sambil tidur). Pada saat ia melakukan ini saya dapat melihat jejak ingatan yang menyebabkan delirium, ini adalah fenomena ambang sadar(subconcious). Ketika tidur Achille dapat mengungkapkan semua kejadian yang menyebabkan dirinya delirium. Dalam keadaan Somnambulisme ini ia mengatakan tentang perenungan lamanya.

Asal usul penyakit: Achille telah melupakan rumahnya dan istrinya selama perjalanan bisnisnya. Kenangan akan kesalahan ini telah menyiksanya ketika ia kembali ke rumahnya dan membuatnya bersedih. Dan ia terus – terusan berfikir untuk menyembunyikan ini dari istrinya. Pemikiran ini membuatnya harus memeriksa setiap kata yang ia ucapkan pada istrinya. Ia pikir setelah beberapa hari ia akan kehilangan gangguannya itu namun pikirannya itu terus ada di dalam kepalanya.

Pemikiran itupun menjadi mimpi. Ia bahkan memimpikan gangguan – gangguan fisik yang menakutkan. Yang mengganggu tersebut membuatnya sangat cemas, haus dan merasa sangat tercekik.Tiba-tiba saja disuatu pagi ketika anjing menggonggong, “setan” itupun muncul.

Psikologi patologis zaman ini dapat menjelaskan semua gejala delirium ini semua gangguan yang Achille alami dalm ketidaksadarannya adalah fenomena yang menarik. Bahas tidak hanya disusun oleh kata – kata, huruf – huruf ataupun gambar – gambar tetapi juga visualisasi dari pergerakan – pergerakan dan juga artikulasi tenggorokan kita. Dan semua itu dapat berpisah dari kepribadian dan dapat berkembang melawan kehendak kita. Walaupun Achille seperti orang yang kesurupan, penyakitnya bukan kesurupan tetapi perasaan penyesalan yang mendalam. Ini juga berlaku untuk orang – orang yang mengalami kesurupan. “setan” itu merupakan inkarnasi dari penyesalannya, penyesalan yang mendalam, ketakutan mereka atau bahkan kekejaman. Achille akhirnya tersembuhkan. ”setannya” telah dikeluarkan oleh teknik pengusiran “setan”modern. Achille akhirnya kembali ke kotanya dan sering mengirimi saya kabar. Dan selama 3 tahun telah menjaga kesehatan mental dan fisiknya.

Sabtu, 16 Juli 2011

Homoseksualitas dan Perkembangan Penuh Psyche

Greetings!Hey!
Hmm, sudah lama saya tidak membuka blog ini. Seperti janji saya yang dulu-dulu, bahwa saya akan membuka tentang psikologi dan sejenisnya. Saya sejujurnya merasa terusik dengan banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini di dunia. Setelah saya membuka banyak thread di kaskus yang membicarakan tentang gaya hidup para lesbian dan homoseksualitas, saya memutuskan menulis ini. Bagi yang merasa tersinggung dengan tulisan saya silakan merenungi apakah ketersinggungan Anda itu hanya ketersinggungan belaka ataukan suara hati nurani Anda. Saya seorang Muslimah, heteroseksual, yang sedikit tahu tentang ilmu psikologi dan jalan menuju perubahan melalui proses konseling dan psikoterapi.
Baiklah, saya mulai saja. Pada era di mana opini para ilmuwan Amerika yang berjuang melawan 'ketertindasan', kita sering dibuat bingung oleh paham yang dibawa oleh masyarakat Amerika. Sejujurnya saya adalah salah satu orang yang dibuat bingung tersebut. Dulu, saya berpikir bahwa minoritas adalah yang tertindas. tapi saya juga harus menyadari bahwa ada yang namanya minoritas tapi berkuasa, yaitu tirani. Kalau kita melihat apa yang terjadi di Amerika, saya melihat bahwa hampir 60% dari orang-orang yang menguasai industri hiburan merupakan orang-orang pro-gay. Bahkan orang-orang tersebut, bila ada seorang gay yang ingin menjadi heteroseksual, akan mengecam bahkan cenderung memaksa orang tersebut untuk tetap pada jalannya yaitu menjadi gay. Saya masih ingat salah satu tayangan talkshow yang dibawakan oleh Tyra Banks dimana Tyra memandang aneh orang-orang yang membenci kegayan mereka. Bukankah hak semua orang untuk menjadi apa yang mereka inginkan? Kalau ada seseorang yang merasa ingin mengubah seksualitasnya, bukankah itu hak hidupnya?? Bukankah identitas dapat dibentuk bila orang yang menjadi tuan rumah dari identitas tersebut menginginkan hal tersebut? Untuk apa orang lain meracau tentang hak hidup orang lain?

Membenci Dirinya Gay adalah Rasis??
Sejujurnya, bila kita memiliki sifat dalam diri kita yang tidak sesuai dengan nilai yang kita anut akan membuat kita menghadapai konflik internal/dalam diri yang sangat hebat. Menjadi homoseksual adalah salah satunya. Saya sering membaca curhatan seorang gay yang ingin menjadi heteroseksual dengan berbagai cara. Alasannya bukan hanya karena 'himpitan sosial' tapi juga keinginan untuk menjadi hamba Tuhan yang baik, yang merupakan fitrah dan keinginan luhur. Anehnya, mengapa seakan-akan keinginan tersebut adalah salah?? Bahkan ada yang mengatakan bahwa membenci dirinya sendiri yang gay adalah rasisme gaya baru.
Rasisme notabene adalah paham yang membenci seseorang hanya karena warna kulitnya. Dalam agama saya, Islam, Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda, secara lahiriah agar dapat saling mengenal, saling membantu. Tentu saja keberadaan ras yang berbeda-beda adalah fitrah-Nya. Tetapi homoseksualitas adalah pilihan (saya akan mengungkapkan fakta-fakta yang mendukung opini saya ini). Kebiasaan seksualitas seseorang dapat dibentuk, dapat diubah , sama seperti perilaku lain. Bahkan di sebuah thread Kaskus, penelitian terbaru menunjukkan bahwa klaim gay adalah pengaruh genetik telah dibantah. Beberapa situs juga melaporkan kemungkinannya seseorang menjadi heteroseksual dari homoseksual dan dapat menghilangkan ketertarikan pada sesama jenis. Walaupun prosesnya harus bertahun-tahun, tentu saja. Bila hal itu terbukti secara ilmiah dapat terjadi, mengapa tidak membiarkan orang-orang yang memang dalam hati nuraninya tidak sreg dengan gaya hidup gay mengubah perilakunya?? Bukankah itu adalah hak hidup seseorang?
Kasus ini sangat berbeda dengan orang yang misalnya membenci warna kulitnya kemudian menjalani operasi plastik agar bisa memiliki warna kulit lain. Atau orang yang membenci dirinya sendiri karena warna kulitnya. Gaya hidup homoseksual yang cenderung gonta-ganti pasangan juga secara kesehatan tentu akan berpengaruh pada kondisi fisik individu tersebut. Jika memang ada keinginan untuk mengubah 'kebiasaan' tersebuit, kita tentu tak punya hak untuk menyalahkannya, bukan?

Bagaimana Caranya Mengerti Diri Kita bila Kita adalah Kaum Homoseksual?
Saya bukan bersikap ironis. Banyak yang pesimis bagaimana bisa setidaknya memahami mengapa kita bisa memiliki ketertarikan kepada sesama jenis. Menurut penelitian, hampir semua orang adalah biseksual. Dan itu benar adanya. Bahkan orang yang bilang "saya tidak bisa menyukai lawan jenis" pada dasarnya bisa menyukai lawan jenis. Begitu pula seorang heteroseksual pun bisa mengalami ketertarikan seksual terhadap sesama jenis. Hanya saja semuanya adalah keputusan kita untuk berhubungan seks dengan seseorang atau tidak. Ada orang yang secara jujur tidak bisa menahan hasrat untuk berhubungan seks dengan orang lain (baik lawan jenis maupun sesama jenis). Kejujuran tersebut patut kita hargai. Kejujuran adalah awal dari perubahan.
Salah satu hal yang membuat kita tak mengerti diri kita sendiri, baik apapun masalah kita adalah sulitnya kita untuk mengakui kelemahan kita. Misalnya saja saya, seorang yang sensitif, terkadang saya berusaha menunjukkan pada orang lain bahwa saya adalah pribadi yang tegar. Saya butuh waktu yang lama untuk menyadarinya. Tapi setelah menyadarinya, saya menjadi pribadi yang 'penuh'. Tahu kekurangan dan kelebihan saya. Tahu bagaimana sensitivitas saya bisa menguntungkan saya. Tahu bagaimana mengkontrolnya. Sama seperti hal tersebut, 'kebiasaan' dan gaya hidup kaum gay juga bisa dipahami. Tentu saja dengan keterbukaan diri kita kepada kemungkinan pada perubahan.
Ada banyak fakta yang menunjukkan bahwa ketertarikan pada sesama jenis tidak hanya dipengaruhi oleh faktor fisik, keturunan atau genetik. Faktor lingkungan dan persepsi individu (orang tersebut) adalah faktor yang krusial dalam menentukan ketertarikan terhadap sesama jenis. Hal ini terbukti pada kaum gay saja, sedangkan lesbian memiliki dimensinya sendiri.

Seksualisasi Pada Pribadi Gay
Sexualization atau seksualisasi secara gampangnya adalah proses di mana drive-drive yang ada di dalam diri seseorang dimanifestasikan dengan perilaku seks. Misalnya saja ada orang yang stres dan bisa menghilangkan stres hanya dengan berhubungan stres saja, maka ia memiliki kecenderungan untuk terus melakukan hal tersebut. Ia tidak mengenal cara-cara lain dalam mengendalikan impuls dan drivenya selain dengan sexual intercourse atau kopulasi. Kemungkinan orang tersebut dapat menjadi orang yang kecanduan seks. manifestasi stres dengan seks.
Pada individu yang memiliki ketertarikan sesama jenis, terdapat beberapa karakteristik yang sama :
1. Hipersensitivitas. Sangat sensitif dalam menghadapi pendapat orang lain. Tapi karakteristik inilah yang membuat kaum gay memiliki pekerjaan yang membutuhkan ketelitian tinggi seperti desainer, dokter dan lain-lain.
2. Terlalu dekat dengan orang tua lawan jenis. Bila individu itu berjender laki-laki, ia terlalu dekat dengan ibunya. dan sebaliknya.
3. Persepsi atau jalan pikiran yang berbeda dalam mengatasi perasaan-perasaan tidak menyenangkan seperti kesepian, dan lain-lain.
4. Pernah mengalami pelecehan seksual dan tidak menyadarinya. Biasanya oleh sesama jenis.
5. Faktor-faktor lain
Tidak semua orang yang mengalami faktor nomot 1, 2 dan 4 akan mengalami ketertarikan kepada sesama jenis, karena tidak mengalami poin no 3. Persepsi kita adalah hal yang paling menentukan bagaimana kita bereaksi. Ini juga terjadi pada fenomena-fenomena psikologis lain seperti reaksi ditinggal pacar misalnya, ada yang bisa rela, ada yang sampai berniat mengakhiri hidup.
Selain faktor-faktor di atas, hipersensitivitas juga sangat berpengaruh. Saya masih ingat bahwa saya termasuk HSP (High Sensitivity Person) Tetapi saya masih dalam taraf bukan hipersensitivitas. Saya dapat sedikit memahmai hipersensitivitas. Hal ini berakar dari rasa kesepian yang sangat yang dialami individu dengan ketertarikan kepada sesama jenis. rasa kesepian tersebut biasanya berawal pada masa anak-anak yang akhirnya muncul di masa remaja dan dewasa. Hal ini, saya ingatkan lagi terjadi pada semua orang yang mengalami masa kecil yang tidak bahagia. Hipersensitivitas ini adalah faktor yang membuat orang yang ingin menjadi heteroseksual kembali mengalami kesulitan. Proses konseling adalah proses yang sangat menguras tenaga. Kita terkadang harus mengingat kembali masa lalu (terkecuali terapi behavioral) dan melihat kembali jiwa kita. Apa pun yang menjadi bagian dari diri kita harus kita lihat kembali, termasuk hal-hal yang menyakitkan. Saya secara pribadi hanya bisa menggunakan satu model terapi untuk kasus ini, yaitu Analisis Mimpi Jungian. Saya akan jelaskan pada post saya berikutnya beserta contoh kasusnya yang telah berhasil dilakukan oleh Yoram Kaufmann.
Oleh karena karakteristik di atas, ada beberapa syarat agar Anda (bila Anda menginginkan) bila ingin menghilangkan hasrat Anda pada sesama jenis. Ini juga saya sarikan dari jurnal Analisis ala Carl Jung.
1. Terbuka (alias ikhlas seikhlas-ikhlasnya) dengan perubahan dalam diri Anda.
2. Siap menghadapi rasa sakit di dalam jiwa bila ada beberapa hal dalam diri Anda terkuak.
3. Bisa mengakui bahwa Anda memang memiliki ketertarikan terhadap lawan jenis.
4. Siap dengan konsekuensi dan resiko bila menjadi heteroseksual.
5. Tidak merasa terpaksa.
6. mau bersabar dengan perubahan karena perlu waktu lama untuk berubah.
Model Psikologi analitik Pak Jung pada awalnya digunakan hanya untuk orang pada usia matang yang sudah siap dengan segala resiko, bebas dengan segala konsekuensi moral dan ingin mendalami makna hidup. Dan jangan kuatir, analisis mimpi ini saya nilai kurang menyakitkan dibanding teknik lainnya. Walaupun APA sudah mewanti-wanti untuk tidak mengubah orientasi seks seseorang, banyak fakta dan temuan ilmiah yang mencatatkan perubahan seorang homoseksual menjadi heteroseksual. Saya akan lanjutkan di pos saya selanjutnya. Untuk teman-teman saya sedang berjuang dengan ketertarikan terhadap sesama jenis, teruslah berdoa. Bila sudah memiliki 6 kriteria di atas, jangan ragu-ragu beri komentar dan email saya. Insha Allah saya akan membantu Anda dengan cara slow-but-sure ala Jungian. Jangan putus asa dan terus berharaplah....saya yakin Anda bisa asala Anda ikhlas untuk berubah.
Ok...that's it! Bye!