Sabtu, 16 Juli 2011

Homoseksualitas dan Perkembangan Penuh Psyche

Greetings!Hey!
Hmm, sudah lama saya tidak membuka blog ini. Seperti janji saya yang dulu-dulu, bahwa saya akan membuka tentang psikologi dan sejenisnya. Saya sejujurnya merasa terusik dengan banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini di dunia. Setelah saya membuka banyak thread di kaskus yang membicarakan tentang gaya hidup para lesbian dan homoseksualitas, saya memutuskan menulis ini. Bagi yang merasa tersinggung dengan tulisan saya silakan merenungi apakah ketersinggungan Anda itu hanya ketersinggungan belaka ataukan suara hati nurani Anda. Saya seorang Muslimah, heteroseksual, yang sedikit tahu tentang ilmu psikologi dan jalan menuju perubahan melalui proses konseling dan psikoterapi.
Baiklah, saya mulai saja. Pada era di mana opini para ilmuwan Amerika yang berjuang melawan 'ketertindasan', kita sering dibuat bingung oleh paham yang dibawa oleh masyarakat Amerika. Sejujurnya saya adalah salah satu orang yang dibuat bingung tersebut. Dulu, saya berpikir bahwa minoritas adalah yang tertindas. tapi saya juga harus menyadari bahwa ada yang namanya minoritas tapi berkuasa, yaitu tirani. Kalau kita melihat apa yang terjadi di Amerika, saya melihat bahwa hampir 60% dari orang-orang yang menguasai industri hiburan merupakan orang-orang pro-gay. Bahkan orang-orang tersebut, bila ada seorang gay yang ingin menjadi heteroseksual, akan mengecam bahkan cenderung memaksa orang tersebut untuk tetap pada jalannya yaitu menjadi gay. Saya masih ingat salah satu tayangan talkshow yang dibawakan oleh Tyra Banks dimana Tyra memandang aneh orang-orang yang membenci kegayan mereka. Bukankah hak semua orang untuk menjadi apa yang mereka inginkan? Kalau ada seseorang yang merasa ingin mengubah seksualitasnya, bukankah itu hak hidupnya?? Bukankah identitas dapat dibentuk bila orang yang menjadi tuan rumah dari identitas tersebut menginginkan hal tersebut? Untuk apa orang lain meracau tentang hak hidup orang lain?

Membenci Dirinya Gay adalah Rasis??
Sejujurnya, bila kita memiliki sifat dalam diri kita yang tidak sesuai dengan nilai yang kita anut akan membuat kita menghadapai konflik internal/dalam diri yang sangat hebat. Menjadi homoseksual adalah salah satunya. Saya sering membaca curhatan seorang gay yang ingin menjadi heteroseksual dengan berbagai cara. Alasannya bukan hanya karena 'himpitan sosial' tapi juga keinginan untuk menjadi hamba Tuhan yang baik, yang merupakan fitrah dan keinginan luhur. Anehnya, mengapa seakan-akan keinginan tersebut adalah salah?? Bahkan ada yang mengatakan bahwa membenci dirinya sendiri yang gay adalah rasisme gaya baru.
Rasisme notabene adalah paham yang membenci seseorang hanya karena warna kulitnya. Dalam agama saya, Islam, Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda, secara lahiriah agar dapat saling mengenal, saling membantu. Tentu saja keberadaan ras yang berbeda-beda adalah fitrah-Nya. Tetapi homoseksualitas adalah pilihan (saya akan mengungkapkan fakta-fakta yang mendukung opini saya ini). Kebiasaan seksualitas seseorang dapat dibentuk, dapat diubah , sama seperti perilaku lain. Bahkan di sebuah thread Kaskus, penelitian terbaru menunjukkan bahwa klaim gay adalah pengaruh genetik telah dibantah. Beberapa situs juga melaporkan kemungkinannya seseorang menjadi heteroseksual dari homoseksual dan dapat menghilangkan ketertarikan pada sesama jenis. Walaupun prosesnya harus bertahun-tahun, tentu saja. Bila hal itu terbukti secara ilmiah dapat terjadi, mengapa tidak membiarkan orang-orang yang memang dalam hati nuraninya tidak sreg dengan gaya hidup gay mengubah perilakunya?? Bukankah itu adalah hak hidup seseorang?
Kasus ini sangat berbeda dengan orang yang misalnya membenci warna kulitnya kemudian menjalani operasi plastik agar bisa memiliki warna kulit lain. Atau orang yang membenci dirinya sendiri karena warna kulitnya. Gaya hidup homoseksual yang cenderung gonta-ganti pasangan juga secara kesehatan tentu akan berpengaruh pada kondisi fisik individu tersebut. Jika memang ada keinginan untuk mengubah 'kebiasaan' tersebuit, kita tentu tak punya hak untuk menyalahkannya, bukan?

Bagaimana Caranya Mengerti Diri Kita bila Kita adalah Kaum Homoseksual?
Saya bukan bersikap ironis. Banyak yang pesimis bagaimana bisa setidaknya memahami mengapa kita bisa memiliki ketertarikan kepada sesama jenis. Menurut penelitian, hampir semua orang adalah biseksual. Dan itu benar adanya. Bahkan orang yang bilang "saya tidak bisa menyukai lawan jenis" pada dasarnya bisa menyukai lawan jenis. Begitu pula seorang heteroseksual pun bisa mengalami ketertarikan seksual terhadap sesama jenis. Hanya saja semuanya adalah keputusan kita untuk berhubungan seks dengan seseorang atau tidak. Ada orang yang secara jujur tidak bisa menahan hasrat untuk berhubungan seks dengan orang lain (baik lawan jenis maupun sesama jenis). Kejujuran tersebut patut kita hargai. Kejujuran adalah awal dari perubahan.
Salah satu hal yang membuat kita tak mengerti diri kita sendiri, baik apapun masalah kita adalah sulitnya kita untuk mengakui kelemahan kita. Misalnya saja saya, seorang yang sensitif, terkadang saya berusaha menunjukkan pada orang lain bahwa saya adalah pribadi yang tegar. Saya butuh waktu yang lama untuk menyadarinya. Tapi setelah menyadarinya, saya menjadi pribadi yang 'penuh'. Tahu kekurangan dan kelebihan saya. Tahu bagaimana sensitivitas saya bisa menguntungkan saya. Tahu bagaimana mengkontrolnya. Sama seperti hal tersebut, 'kebiasaan' dan gaya hidup kaum gay juga bisa dipahami. Tentu saja dengan keterbukaan diri kita kepada kemungkinan pada perubahan.
Ada banyak fakta yang menunjukkan bahwa ketertarikan pada sesama jenis tidak hanya dipengaruhi oleh faktor fisik, keturunan atau genetik. Faktor lingkungan dan persepsi individu (orang tersebut) adalah faktor yang krusial dalam menentukan ketertarikan terhadap sesama jenis. Hal ini terbukti pada kaum gay saja, sedangkan lesbian memiliki dimensinya sendiri.

Seksualisasi Pada Pribadi Gay
Sexualization atau seksualisasi secara gampangnya adalah proses di mana drive-drive yang ada di dalam diri seseorang dimanifestasikan dengan perilaku seks. Misalnya saja ada orang yang stres dan bisa menghilangkan stres hanya dengan berhubungan stres saja, maka ia memiliki kecenderungan untuk terus melakukan hal tersebut. Ia tidak mengenal cara-cara lain dalam mengendalikan impuls dan drivenya selain dengan sexual intercourse atau kopulasi. Kemungkinan orang tersebut dapat menjadi orang yang kecanduan seks. manifestasi stres dengan seks.
Pada individu yang memiliki ketertarikan sesama jenis, terdapat beberapa karakteristik yang sama :
1. Hipersensitivitas. Sangat sensitif dalam menghadapi pendapat orang lain. Tapi karakteristik inilah yang membuat kaum gay memiliki pekerjaan yang membutuhkan ketelitian tinggi seperti desainer, dokter dan lain-lain.
2. Terlalu dekat dengan orang tua lawan jenis. Bila individu itu berjender laki-laki, ia terlalu dekat dengan ibunya. dan sebaliknya.
3. Persepsi atau jalan pikiran yang berbeda dalam mengatasi perasaan-perasaan tidak menyenangkan seperti kesepian, dan lain-lain.
4. Pernah mengalami pelecehan seksual dan tidak menyadarinya. Biasanya oleh sesama jenis.
5. Faktor-faktor lain
Tidak semua orang yang mengalami faktor nomot 1, 2 dan 4 akan mengalami ketertarikan kepada sesama jenis, karena tidak mengalami poin no 3. Persepsi kita adalah hal yang paling menentukan bagaimana kita bereaksi. Ini juga terjadi pada fenomena-fenomena psikologis lain seperti reaksi ditinggal pacar misalnya, ada yang bisa rela, ada yang sampai berniat mengakhiri hidup.
Selain faktor-faktor di atas, hipersensitivitas juga sangat berpengaruh. Saya masih ingat bahwa saya termasuk HSP (High Sensitivity Person) Tetapi saya masih dalam taraf bukan hipersensitivitas. Saya dapat sedikit memahmai hipersensitivitas. Hal ini berakar dari rasa kesepian yang sangat yang dialami individu dengan ketertarikan kepada sesama jenis. rasa kesepian tersebut biasanya berawal pada masa anak-anak yang akhirnya muncul di masa remaja dan dewasa. Hal ini, saya ingatkan lagi terjadi pada semua orang yang mengalami masa kecil yang tidak bahagia. Hipersensitivitas ini adalah faktor yang membuat orang yang ingin menjadi heteroseksual kembali mengalami kesulitan. Proses konseling adalah proses yang sangat menguras tenaga. Kita terkadang harus mengingat kembali masa lalu (terkecuali terapi behavioral) dan melihat kembali jiwa kita. Apa pun yang menjadi bagian dari diri kita harus kita lihat kembali, termasuk hal-hal yang menyakitkan. Saya secara pribadi hanya bisa menggunakan satu model terapi untuk kasus ini, yaitu Analisis Mimpi Jungian. Saya akan jelaskan pada post saya berikutnya beserta contoh kasusnya yang telah berhasil dilakukan oleh Yoram Kaufmann.
Oleh karena karakteristik di atas, ada beberapa syarat agar Anda (bila Anda menginginkan) bila ingin menghilangkan hasrat Anda pada sesama jenis. Ini juga saya sarikan dari jurnal Analisis ala Carl Jung.
1. Terbuka (alias ikhlas seikhlas-ikhlasnya) dengan perubahan dalam diri Anda.
2. Siap menghadapi rasa sakit di dalam jiwa bila ada beberapa hal dalam diri Anda terkuak.
3. Bisa mengakui bahwa Anda memang memiliki ketertarikan terhadap lawan jenis.
4. Siap dengan konsekuensi dan resiko bila menjadi heteroseksual.
5. Tidak merasa terpaksa.
6. mau bersabar dengan perubahan karena perlu waktu lama untuk berubah.
Model Psikologi analitik Pak Jung pada awalnya digunakan hanya untuk orang pada usia matang yang sudah siap dengan segala resiko, bebas dengan segala konsekuensi moral dan ingin mendalami makna hidup. Dan jangan kuatir, analisis mimpi ini saya nilai kurang menyakitkan dibanding teknik lainnya. Walaupun APA sudah mewanti-wanti untuk tidak mengubah orientasi seks seseorang, banyak fakta dan temuan ilmiah yang mencatatkan perubahan seorang homoseksual menjadi heteroseksual. Saya akan lanjutkan di pos saya selanjutnya. Untuk teman-teman saya sedang berjuang dengan ketertarikan terhadap sesama jenis, teruslah berdoa. Bila sudah memiliki 6 kriteria di atas, jangan ragu-ragu beri komentar dan email saya. Insha Allah saya akan membantu Anda dengan cara slow-but-sure ala Jungian. Jangan putus asa dan terus berharaplah....saya yakin Anda bisa asala Anda ikhlas untuk berubah.
Ok...that's it! Bye!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar